"Ibu, aku mau buat carrot cake!" kata S tiba-tiba sepulang sekolah saat kami menunggu metro. Aku terkaget-kaget dibuatnya. Aku memang sedang memikirkan apakah sebaiknya aku membuat cheesecake untuk dibawa ke acara buka bersama besok.
"Oh, untuk dibawa besok waktu buka bersama?" tanyaku.
"Iya, tapi besok pagi aku makan dulu, ya," katanya ceria. Aku tertawa geli. Kalau sudah dimakan, nggak pantas dibawa ke acara, dong. Tapi kuiyakan juga keinginannya.
"Memangnya Stella tahu darimana carrot cake?" tanyaku ingin tahu. Seingatku S belum pernah kubuatkan carrot cake. Aku pernah membuatkan A, kakaknya, carrot cake sebagai cemilan yang sehat karena ada wortel dan kacang-kacangan di dalamnya. Akan tetapi karena A kurang suka, aku tak pernah membuatnya lagi.
"Dari Gabby's Dollhouse!" jawab Stella mantap menyebutkan serial kartun favoritnya.
"Oalah," aku tertawa. "Ibu belum pernah buat carrot cake-nya Gabby's Dollhouse. Kita cari resepnya dulu, ya," kataku sambil mulai mencari resepnya di gawaiku sementara kami duduk di metro.
"Ketemu, nggak, bu?" tanya S tak sabar.
"Hmmm, nggak ada resepnya, nih. Cuma ada orang-orang yang membuat cake dengan tema Gabby's Dollhouse dan episode Gabby's Dollhouse membuat cake. Kita pakai resep lain saja, ya?" Jawabku sambil memperlihatkan halaman hasil pencarianku.
"No. We'll just have to watch Gabby's Dollhouse and get the recipe!" Katanya memberikan solusi.
"Aku udah punya wortelnya di tas," lanjutnya lagi.
"Ooo, tadi dapat wortel dari sekolah waktu fruit-eten?" tanyaku. Mulai terlihat, nih, benang merah kejadiannya.
"Iya," katanya senang, "The carrot cake will be so yummy!" ungkapnya yakin sambil kami melangkah keluar dari stasiun metro.
Aku tertawa. Sekarang aku mengerti kenapa tiba-tiba S mau membuat carrot cake. Di sekolahnya selalu ada jam makan buah (fruit-eten). Selain anak-anak boleh membawa sendiri buah favorit mereka, sekolah juga menyediakan buah-buahan dan sayuran untuk dimakan bersama. S yang sejauh ini cuma mau makan bekalnya sendiri, berupa pisang dan anggur (cuma yang merah saja dan harus dikupas kulitnya), biasanya akan dibawakan pulang buah atau sayur yang tidak dimakan di sekolah. Sering ia membawa pulang apel atau jeruk, pernah pula lobak. Kali ini rupanya ia dibawakan wortel lalu jadilah ia punya ide membuat cake seperti film kartun kesayangannya.
Kukira S iseng-iseng saja menuturkan idenya tadi. Rupanya ia benar-benar serius. Setelah selesai mandi dan berganti baju di rumah ia langsung menagih, "Kita nonton Gabby's Dollhouse, terus aku mau buat carrot cake sekarang!" katanya.
Aku tersenyum mengiyakan. Kalau sudah ada keinginannya, S tidak bisa dialihkan perhatiannya. Benar saja, dengan cepat ia bisa langsung mendapatkan episodenya. Bersama-sama kami menontonnya sambil aku bersiap mencatat resepnya.
Di luar dugaan, episode yang dimaksud ternyata tentang sulap! Bukan masak-memasak seperti yang kuharapkan. Aku tertawa geli sambil mencatat resep yang dibacakan tokoh Cakey. Instruksinya adalah masukkan semua bahan kue ke topi sulap, aduk-aduk dengan tongkat ajaib, lalu "Abra-cat-dabra!" jadilah carrot cake lengkap dengan dekorasi wortel cantik di atasnya. Harus kuakui carrot cake di film itu memang terlihat enak sekali! Tapi, kan, itu hanya film kartun saja.
Aku pun berusaha membujuk S untuk menggunakan resep lain saja, tapi S tetap berkeras. Setelah kulihat, rupanya komposisi bahan utamanya cukup mirip resep lain yang sudah teruji. Baiklah, walaupun aku skeptis, tak ada salahnya mencoba pikirku. Aku pun bergerak mengecek ketersediaan semua bahannya.
"Pakai mixer atau mau aduk-aduk manual, S?" tanyaku sambil memberikan baskom kepadanya.
"Aduk-aduk saja!" jawabnya mantap. Lalu dengan sigap ia memecahkan dua telur, menakar 1.5 cangkir gula (sambil mengambil sesendok untuk dicicipinya), dan mengaduk-aduk sambil menakar dan memasukkan semua bahan lainnya ke baskom. Ia sempat kesulitan memecahkan telur, karena ia hanya ingin membuat lubang kecil saja di cangkangnya. Akan tetapi ia menolak ketika hendak kubantu. Setelah sekian lama akhirnya ia berhasil sendiri memecahkan telur masalahnya. Aku hanya membantu mengaduk-aduk di akhir, memastikan semua tercampur rata. Bersama kami menuangkan adonannya di cetakan, lalu memasukkannya ke oven.
Seperti sulap, ternyata cake-nya jadi! S dengan antusias langsung memotongnya menjadi 4 bagian dan mengambil 1/4 bagiannya. Ia menolak ketika hendak kuusulkan memotong-motong cake-nya lebih kecil.
"Enak, S?" tanyaku.
"Enak sekali!" jawabnya antusias dengan mata berbinar-binar sambil melahap carrot cake-nya.
Pada waktu buka puasa, aku, ayahnya dan A, kakak S, ikut merasakan carrot cake Gabby's Dollhouse buatan S. Ternyata memang benar enak!
Untuk A bahkan 1/4 cake bagiannya tidak cukup. Ia meminta lagi, dan lagi, dari bagianku dan ayahnya. S tersenyum-senyum dengan senang melihat kami makan sambil menerima pujian-pujian kami. Ia terlihat bangga sekali! Alhamdulillah.
Aku jadi bersyukur telah memilih untuk mendengarkan, mempercayai dan mendukung keinginan S mencoba sendiri dan tidak memaksakan menggunakan resep yang sudah kuketahui berhasil.
Semoga ini menjadi core memory untuk S supaya selalu percaya diri akan pendapatnya. Juga bahwa kalau ia sudah berteguh hati melakukan sesuatu dan bersungguh-sungguh, pasti ia bisa!