Setiap pulang ke Indonesia kelatahan J yang paling sering dilakukan adalah: meminum air langsung dari keran. Padahal kami sudah selalu mempersiapkan mental untuk berganti konteks budaya tiap pulang. Menahan diri untuk tidak asal mengomentari orang lain dalam bahasa Indonesia misalnya. Tapi setiap kali pulang, boleh taruhan, minimal 3 kali akan ada insiden meminum air keran.
Mungkin karena aksi minum langsung dari keran ini sudah terlanjur mendarah daging di rantau. Tanpa terasa kami take it for granted keberadaan air yang langsung bisa diminum dari keran di sekitar kami. Sehingga gegap budaya itu cuma terjadi ketika kami pulang ke Indonesia. Atau ketika di video call Ibu saya memperingatkan dengan khawatir, "Awas! Itu airnya diminum!", waktu melihat anak saya yang sedang main sensory play dengan wahana sebaskom air mengambil kesempatan meminum sebagian airnya. Sementara saya bahkan tidak menghitung itu sebagai resiko. Karena airnya memang bisa diminum. Sama sekali tidak ada kekhawatiran nanti anak saya akan sakit perut karena meminum air tersebut.
Lalu barulah saya tersadar, Alhamdulillah, alangkah beruntungnya saya. Tanpa saya sadari saya telah terbebas dari kekhawatiran anak tidak mendapatkan air bersih dan bisa diminum.
Saya jadi berdiskusi dengan Ibu saya mengenai ketersediaan air minum untuk semua di Indonesia. Mungkin bisa diusahakan sarana untuk purifikasi air sehingga bisa diminum. Tapi lalu bagaimana memastikan distribusi air tersebut sampai ke rumah-rumah dengan selamat? Masalah seperti pipa-pipa rumah lama yang karatan dan kerapnya terjadi kebocoran pipa-pipa, siapa yang akan menangani semua itu?
Saya jadi tersadar. Kadang-kadang saya mempertanyakan definisi surga di Al-Qur'an yang biasanya memuat konsep "mata air yang mengalir". Di surat Ar-Rahman misalnya. Saya pikir ini tentu konteksnya sesuai pada zaman Nabi Muhammad SAW dimana ayat tersebut diturunkan. Untuk kaum di padang pasir yang panas tentunya konsep surga adalah seperti itu. Tapi di sekitar saya air mengalir dimana-mana, bersih dan segar. Di berbagai sudut kota ada kran atau pancuran air yang selalu mengalir untuk diminum siapa saja. Airnya sejuk dari pegunungan dan hanya mati ketika musim dingin supaya pipanya tidak rusak.
Subhanallah, sungguh saya dirahmati dengan surga dunia sampai lupa bersyukur. Sampai tak sadar di tanah air sendiri air bersih yang mengalir bisa diminum ini bukan hal biasa.
Saya terkaget-kaget ketika mertua bercerita ada kalanya air mati di rumah beliau di Bandung. Lalu barulah saya prihatin, mengapa bisa begini? Keadaan alam Indonesia tidaklah kering penuh padang pasir seperti mayoritas di Afrika. Mengapa kita tidak punya air bersih yang bisa diminum langsung terkoneksi ke rumah-rumah di Indonesia?
Alhamdulillah Indonesia sudah memiliki target "Akses Air Minum Aman yang Universal dan Merata" dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2020-2024 dan dalam Sustainable Development Goals 2030. Telah disusun rencana untuk mencapainya. Telah dilakukan juga Studi Kualitas Air Minum Rumah Tangga tahun 2020 yang menjadi studi terbesar di dunia sebagai baseline perkembangannya. Walaupun ada juga keprihatinan atas privatisasi air yang menyulitkan akses masyarakat ke sumber air.
Tentunya permasalahan di Indonesia jauh berbeda dengan disini dimana pengelolaan air disentralisasi oleh pemerintah dan dialirkan langsung ke rumah-rumah. Disini saya hanya perlu memikirkan mengenai pembayaran biaya air tiap bulannya serta biaya purifikasi air buangan. Asal berhati-hati tidak membuang minyak ke saluran air maka nominalnya tidak akan besar.
Sementara di Indonesia ada rumah yang memiliki sumurnya sendiri, ada yang mengandalkan air PAM, dan ada yang mengkonsumsi air isi ulang dengan berbagai merk. Saya pribadi tak bisa membayangkan rumitnya perencanaan dan pengawasan untuk semuanya.
Saya iringi tulisan ini dengan doa untuk tercapainya mimpi agar seluruh warga Indonesia nantinya bisa menikmati air minum yang bersih langsung dari keran rumah masing-masing. Alangkah indahnya Indonesia bagi anak cucu kita bila dilengkapi dengan air mengalir dan bisa diminum seperti gambaran Allah SWT mengenai surga, insya Allah.