Wednesday, February 07, 2024

Aku yang Dulu

Siapakah aku yang dulu? 

Susah rasanya melihat jejaknya di cermin. Aku sendiri sudah lupa rasanya siapa aku. Tapi, aku ingat kata-kata orang tentang aku yang dulu.

Mata yang sedih ini dulu kata bulik, adik ibuku, adalah mata yang ceria menyampaikan senyuman. "Bahkan sejak bayi", tekan beliau. 

Yah, rasanya aku yang dulu memang selalu penuh senyum dan bahagia. Mengenangnya hatiku terasa penuh dan senang. Aku yang dulu selalu dikelilingi keluarga dan sahabat yang sayang sekali padaku. Mereka selalu mendukungku, mempercayaiku, menghargai dan senang menghabiskan waktu bersamaku. Kawan-kawanku selalu menulis pada testimoni mereka tentang aku bahwa aku selalu ceria dan tersenyum. 

Aku yang dulu sangat aktif. Sejak SMA kegiatanku berderet dari mulai kegiatan baris-berbaris,  kerohanian siswa, sampai karya tulis ilmiah. Pengalaman berorganisasiku lengkap, mulai dari mengadakan pengajian, dengan sekat antara perempuan dan laki-laki, ospek SMA lalu jurusan, sampai mengadakan acara-acara pentas seni yang mendatangkan band ternama seperti Sheila on 7, lalu juga Cokelat. Oleh karena itu kawan-kawanku pun banyak dan tersebar dari berbagai kalangan.

Kalau berkumpul dengan teman-teman lama, mereka selalu bercerita tentang aku yang pintar. Kadang-kadang aku pun tidak ingat peristiwanya, tapi lalu mereka yang mengingatkan ketika aku mendapat nilai tertinggi di suatu kuliah, misalnya. Tapi rasanya aku harus mengatributkan gelar pintar itu ke kerja keras.

Aku yang dulu sangat produktif. Waktuku penuh diisi dengan belajar dan beribadah. Ibuku bercerita bagaimana dalam perjalanan kereta pada saat sakit pun aku tetap sibuk mengerjakan lembar-lembar soal matematika SMA. Dalam keadaan kritis demam berdarah aku berkeras tidak mau di-opname di rumah sakit karena aku harus mengerjakan tugas-tugas kuliahku. Teman-teman kos SMA dan kuliahku bercerita tentang aku yang selalu terlihat di kamar bergadang sampai larut malam belajar dan bangun dini hari tahajjud.

Ah, aku yang dulu sungguh senang sekali belajar. Dari SD sampai S3 Allah mengaruniakan banyak sekali ilmu kepadaku. Mimpi-mimpiku untuk masuk SMA terbaik, lalu jurusan ITB dengan passing grade paling tinggi, kemudian beasiswa penuh untuk S2 dan S3 di luar negeri semua dikabulkan Allah SWT. Masya Allah, Subhanallah, Alhamdulillah, Allahu Akbar. Kadang-kadang aku terlupa begitu banyaknya nikmat yang telah kuterima dan lupa bersyukur.

Aku melihat kembali ke cermin. Susah rasanya melihat aku yang dulu : penuh senyum, percaya diri, pintar, pekerja keras, penuh harapan dan mimpi. Tapi merenungi aku yang dulu, kusadari aku yang dulu masih disitu. Mungkin, masih ada harapan untuk aku yang sekarang juga.