Buat anak kampung yang tinggal di pulau nun jauh dari Jawa seperti Lite, sosok Olga yang jago sepatu roda, jago ngocol, dan punya penghasilan sendiri sebagai penyiar radio itu keren bangetttt! Kosakata seperti doski, gebetan, dan slang khas jakarta lainnya, lengkap dengan produk komersial Toblerone yang bendanya bahkan tak sampai di Ujung Pandang, jadi serasa dekat dengan realitas Lite.
Nggak mau kalah, dong, Lite kecil dulu lalu belajar sepatu roda. Weekend pergi ke ring sepatu roda dengan sohibnya tersayang, Ratna. Olga punya Wina, Lite punya Ratna. Sempat juga Lite bela-belain cari anting bulat besar merah biar kayak Olga. Tak lupa cari radio untuk melamar kerja sebagai penyiar. Sayang, karena alergi dan masih SD, dua-duanya tak kesampaian, hehehe.
Meski nggak kesampaian jadi Olga, tapi pesona Olga, - yang lalu berlanjut ke Lupus, Lulu, dan Vanya setelah membaca semua novelnya lengkap - , tetap lekat di hati Lite. Cerita yang ringan, gaya bahasa yang santai, kosakata tidak baku yang beda banget dengan novel-novel Balai Pustaka koleksi Ibu Lite, membuat novel-novel itu berkesan sekali. Kayaknya mudah, ya, menulis. Sosok penulisnya, Hilman Hariwijaya, jadi idola Lite. Salah satu cita-cita Lite: mengirimkan naskah untuk dimuat di majalah Hai. Apa boleh dikata, dulu belum kesampaian karena Lite cuma baca Bobo, Ananda, dan Donal Bebek aja. Sekarang, masih ada, nggak, ya, majalah Hai?
Tentu saja, ternyata tidak semudah itu menulis untuk menghasilkan karya seperti Olga dan Lupus. Walau tokohnya nyeleneh, banyak kosakata slang, ceritanya penuh lelucon dan tebak-tebakan ajaib, tapi selalu saja ada hal yang menyentuh yang jadi pesan moralnya. Berbekas di ingatan cerita tentang Olga dan Wina mengepit biji-biji scrabble di ketiak, tapi juga cerita Olga merelakan gajinya untuk rekan kerja beda agamanya yang kesusahan supaya ia bisa merayakan Natal. Lupus dan Lulu yang selalu dikejar maminya biar nggak ngilangin sendok, tapi juga mereka yang bahu-membahu membantu temannya melawan penggusuran. Ada kepekaan sosial di cerita-ceritanya yang rasanya jauh dari berita-berita tentang "sultan" dan jor-joran pamer harta yang beredar sekarang.
Hari ini, tiba-tiba ada kabar duka cita berpulangnya Hilman Hariwijaya. Innalillahi wa inna ilaihi rojiun. Ah, langsung terkenang semua tentang Olga, Lupus, dan tokoh-tokoh lainnya. Sedih sekali. Rasanya ikut hilang separuh masa kecil Lite. Dimana, ya, semua novel-novel itu? Anak-anak Lite nanti akan bisa menikmati gokilnya Lupus dan Olga ga ya? Radio aja sekarang mereka sudah ga kenal, terganti oleh Youtube.
Mudah-mudahan nanti ketika mereka remaja mereka juga bisa menikmati membaca Olga, Lupus, Vanya, dan juga literatur-literatur yang seperti itu. Yang seru, bikin cekikikan sendiri, tapi juga mengajarkan mereka percaya diri, mandiri, peduli dengan teman, dan juga kenal dengan budaya lokal Indonesia saat itu.
Selamat jalan Hilman Hariwijaya, terimakasih untuk semua waktu menyenangkan yang dihabiskan membaca novel-novelmu, semoga tulisan-tulisanmu jadi amal jariyah yang menerangi tempat kembalimu, amiin amiin.