Monday, July 19, 2021

Merancang pendidikan anak

Alhamdulillah, saya sangat bersyukur memiliki Ibu sebagai contoh dalam merencanakan pendidikan anak. Beliau selalu menekankan pendidikan anak adalah nomor satu. Dan beliau menerapkannya dengan rencana yang jelas dan matang.



Membaca sejak dini



Target pertama beliau adalah mengajarkan anak mencintai buku dan membaca sejak dini. Selanjutnya anak dapat membaca buku-buku sendiri untuk belajar dan memperluas wawasan.




Berperan aktif mendorong anak menikmati belajar



Ibu lah yang mengajari saya semua pendidikan dasar sambil bekerja full time setiap harinya. Suatu waktu Ibu sampai datang ke sekolah mengoreksi guru yang mengajarkan cara menghitung volume bangun yang salah pada pelajaran Matematika. Ah, alangkah bangganya saya! 

Ketika kami jauh, beliau tetap menyertai dengan menelepon rutin seminggu sekali. Mengecek keadaan kami, apakah kami bahagia? Mendengarkan keluh kesah kami dan juga memecahkan masalah-masalah kami.



Setiap awal tahun pelajaran, Ibu duduk bersama-sama kami semua menyiapkan buku-buku tulis baru dan semua peralatannya. Semua buku tulis beliau sampul dengan kertas kopi dan plastik, lalu diberi label yang diketik rapi dengan mesin ketik untuk masing-masing pelajaran kami. Pernah kutanya, mengapa repot-repot? Jawab beliau: supaya kami semua semangat belajar dan teringat jerih payah Ibu setiap belajar dengan buku dan alat-alat tulis tersebut.



Ibu memang menekankan tugas utama kami adalah belajar. Saya bahkan tidak diperbolehkan membantu beliau ketika beliau sedang menyapu rumah, misalnya. 'Tugas kalian adalah belajar. Kalian sudah sangat membantu Ibu kalau kalian belajar dengan rajin dan tekun", kata Ibu.




Alhamdulillah itu tidak lantas membuat belajar menjadi beban bagi kami.

Menurut Ibu kuncinya adalah buat anak menikmati proses belajarnya. Bahwa belajar adalah hal yang menyenangkan! Karena pencapaian anak ketika berhasil mempelajari sesuatu itu sendiri sudah merangsang hormon endorphin di otak yang membuat belajar menjadi candu!




Pendidikan agama yang kuat sebagai pondasi



Ibu berprinsip dengan pondasi agama yang kuat insya Allah nantinya ke mana pun anak pergi, kondisi apa pun, sudah ada pegangan yang jelas. 



Ibu mencanangkan target untuk anak dari kecil dibiasakan hafalan doa sehari-hari, hafalan surat-surat pendek dan bacaan shalat dengan artinya. Tujuan beliau adalah agar kami punya hafalan yang cukup untuk shalat dan mengerti apa yang kami ucapkan dalam shalat kami.



Ibu menyekolahkan kami di tempat yang homogen, yaitu di sekolah-sekolah Islam atau yang islami sampai SMA. Untuk ini Ibu melepas kami bersekolah jauh di lain kota: di madrasah sampai tingkat SMP dan sekolah islami ketika SMA.


Pendidikan olahraga dan musik


Pendidikan yang lengkap juga mencakup pendidikan motorik halus dan kasar. Ibu membiasakan kami olahraga bersama setiap hari minggu. Ibu juga mendorong kami belajar musik untuk melatih motorik halus,melembutkan rasa, dan untuk relaksasi. 


Apa kabar dengan saya?


Alhamdulillah, sebagaimana pengajaran Ibu kepada saya dulu, putra saya sudah bisa membaca sendiri di umur 5 tahun dan mulai bersekolah SD. 


Jujur saya masih bersusah payah mempraktekkan apa yang diajarkan Ibu: 

  • Jangan sampai memaksa anak belajar. 
  • Berhenti ketika anak sudah tidak enjoy. 
  • Hentikan aktivitas ketika anak mencapai high point sehingga ia memiliki memori indah mengenai sesi belajarnya tadi.


Apalagi ketika anak kedua lahir, ternyata saya hidup dalam survival mode dari hari ke hari. Alhamdulillah, Ibu menenangkan saya, "Yang penting tiap hari ada satu hal baru yang dipelajari. Dalam dunia anak, hampir segala sesuatunya itu baru!"


Dari bayi anak-anak sudah kami biasakan berenang. Lalu untuk musik, kami mengikuti aktivitas music together sejak mereka kecil dan mendampingi mereka belajar musik dengan suzuki method.



Dengan visi pendidikan di lingkungan beragama ketika kecil itu tadinya kami merencanakan akan kembali ke Indonesia ketika anak kami berumur 7 tahun. Akan tetapi entah bagaimana rencana kami sekarang dengan kondisi Indonesia saat ini.


Ah, apapun saya ingat kembali pesan Ibu, serahkan semuanya pada Allah. Sebagaimana Ibu menyertai anak-anaknya dulu ketika bersekolah jauh dari beliau: 'Ibu mendoakan kepada Allah, dan kalian juga berdoa kepada Allah, insya Allah kita membuat segitiga yang semua bermuara kepada Allah sehingga selamat dunia akhirat, amiin". 



No comments: