Wednesday, December 01, 2010

Khusnudzon-lah

Alkisah beberapa hari yang lalu beredar di mailing list almamater saya tentang seorang kawan yang telah menikah. Sayangnya point pembicaraan lalu terpusat pada topik: mengapa tidak ada pemberitahuan?

Hari ini kemudian muncul-lah si kawan, dengan e-mail yang panjang lebar mengklarifikasi kabar, sebab musabab mengapa belum ada pemberitahuan sebelumnya, dan berlanjut dengan undangan untuk resepsi pada waktu yang akan datang.

Alangkah kasihannya kawan saya itu. Menikah yang di agama begitu dimudahkan saja, jadi harus dipersusah. Padahal sebagian besar anggota mailing list juga sudah menikah, yang tentunya berarti sudah merasakan bagaimana rusuhnya menikah di Indonesia itu.

Hal ini dulu juga sempat terjadi di mailing list almamater saya yang lain. Pada waktu itu pembicaraan bahkan jauh lebih heboh... dan... kejam. Karena kabar pertama kali datang dari kawan lain yang menemui si pasangan di dokter kandungan.

Ayolah, kita semua sudah dewasa, sudah belajar tentang tidak baiknya ghibah, apalagi fitnah. Jadi orang Indonesia itu sudah pasti dalam paketnya ada termasuk paling tidak sekali nasib tergosipkan oleh yang lain. Meski tentu saja ada argumen, itulah bagusnya komunitas kita, masih ada kontrol sosial yang jelas untuk perilaku setiap anggotanya oleh yang lain. Tapi alangkah sejuknya dunia bila kontrol sosial itu dilakukan dengan cara yang baik. Dan bukankah agama kita, rahmat bagi seluruh alam, telah menunjukkan caranya?

Membaca tajuk e-mail kawan saya itu : klarifikasi, saya jadi terfikir. Mungkin ini karena kita sudah terlalu banyak dicekoki infotainment di Indonesia. Dimana kabar yang belum jelas asal dan usulnya dan sarat praduga kiri kanan, a.k.a gosip, dengan mudahnya diumbar-umbar setiap hari, setiap jam, seolah-olah itu hal yang lazim. Mungkin itu lalu menjadikan radar kepekaan kita terhadap fitnah melemah? Dan kemudian, untuk membersihkan nama baik, sang selebritis kemudian harus mengadakan jumpa pers, memberikan klarifikasi...

Saya jadi ingat salah satu pesan Almarhum paman saya kepada istrinya sebelum beliau meninggal: jangan lah banyak-banyak menonton acara gosip.
Sungguh benar kata seorang kawan saya, orang yang bijaksana sering lebih cepat dipanggil karena Allah lebih sayang padanya...

Ah, setelah dipikir-pikir, mungkin saya sendiri jadi tidak khusnudzon sudah menulis posting ini...

2 comments:

Ismail Habib said...

Hai Yuseeeeeeeeeehhhhhhhhhhhh!!

Ternyata kita (dan ada seorang teman lain juga yang aku tahu) sedikit banyak terusik oleh email-email yang muncul belakangan di milis.

Aku setuju sama Yusi deh (kesannya terpaksa ya?). Mari kita berusaha ber-khusnudzon, meskipun kadang gagal... dan kalau gagal dicoba disimpan sendiri aja xP

Btw, gimana cuaca di sana? Belanda sudah tidak cocok lagi buat makhluk hidup nih :))

lite said...

hahaha, haiiii, Habzuuuuu!;D
hihihi seorang teman lain a.k.a istri? ato itu udah sepaket dalam "kita"? xDD

Iya, yah, daku juga introspeksi sih, semoga bisa khusnudzon terus deh... sering-sering ingetin, yah, zu, ya :P

hahaha, disini sukses saljuuuu hampir tiap hari. Tapi masih human-friendly kok xP
cini cini bib, ngungsi kesini? nengok rumah baru kita nan kecil hihihihi.